Hari ini menandai tepat dua tahun perjalanan saya setelah memulai
berolahraga (lagi), Alhamdulillah saya berkesempatan menulis catatan perjalanan
ini.
Tepat dua tahun yang lalu, 28 Juni 2015, di hari ke-11 Ramadhan
1436H, saya bertekad bulat untuk kembali berolahraga karena terinspirasi dr.
Achmadi, SpOG, teman sepeda saya yang tetap istiqomah bersepeda sejak 2009. Awalnya
ia justru yang terkena racun dari saya hingga akhirnya menjadi cyclist yang
sangat luar biasa. Saya sendiri sempat meninggalkan aktivitas ini karena
kesibukan menyelesaikan pendidikan dokter spesialis kandungan (yang pada
akhirnya saya sadari hanyalah alasan belaka :p).
Perjumpaan dengan dr. Achmadi, SpOG di salah satu acara buka bersama dokter spesialis anak (istri kami sama-sama dokter spesialis anak di RSUD Dr. Soetomo) membuat saya ingin mencoba kembali berolahraga. Apalagi berat badan saya menunjukkan angka 123 kg sebelum mulai puasa tahun 2015 itu, dengan tinggi 180 cm pun saya tetaplah berpenampilan seperti bola. Saya menderita sleep apneu, ngorok tak karuan saat tidur (maaf ya istriku yang cantik jelita:p). Di fase ngorok itu saya pun sering mengalami apneu alias tidak bernafas karena jalan nafas yang terhambat total saking gemuknya. Tidur tidak pernah nyenyak, setiap 2-3 jam terbangun karena tidak bisa nafas. Untung masih ada reflek bangun, kalau nggak sudah langsung wassalaaaam deh hahaha.
Perjumpaan dengan dr. Achmadi, SpOG di salah satu acara buka bersama dokter spesialis anak (istri kami sama-sama dokter spesialis anak di RSUD Dr. Soetomo) membuat saya ingin mencoba kembali berolahraga. Apalagi berat badan saya menunjukkan angka 123 kg sebelum mulai puasa tahun 2015 itu, dengan tinggi 180 cm pun saya tetaplah berpenampilan seperti bola. Saya menderita sleep apneu, ngorok tak karuan saat tidur (maaf ya istriku yang cantik jelita:p). Di fase ngorok itu saya pun sering mengalami apneu alias tidak bernafas karena jalan nafas yang terhambat total saking gemuknya. Tidur tidak pernah nyenyak, setiap 2-3 jam terbangun karena tidak bisa nafas. Untung masih ada reflek bangun, kalau nggak sudah langsung wassalaaaam deh hahaha.
Singkat kata, saya Taubat
Nasuha terhadap hidup saya! Dimulai dari Ramadhan, saya mengatur pola makan saat buka dan sahur,
ditambah berolahraga teratur.
Foto Sebelum Bergabung YSCC |
Saya seorang dokter kandungan dan dosen di Fakultas Kedokteran
Universitas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD Dr. Soetomo. Selain itu
saya berpraktik selepas jam kerja di dua rumah sakit swasta di Surabaya. Oh
iya, saya juga sedang mengikuti pendidikan konsultan dokter sub spesialis
onkologi ginekologi (kanker kandungan). Apakah saya sibuk? Setiap tahun, log
book saya mencatat sekitar 100 lebih
operasi pada jam kerja dan 100-an operasi di jam swasta, dan hanya sekitar 10%
dari operasi tersebut adalah operasi sesar yang dapat diselesaikan dalam waktu
45-60 menit. Sisanya adalah operasi kandungan yang membutuhkan waktu 2-6 jam. Saya
berpraktik swasta 5-9 kali per minggu. Saya juga punya keluarga, seorang istri
yang luar biasa dan seorang anak perempuan yang masih membutuhkan perhatian.
Aktivitas kerja saya dimulai seringkali di jam 5-6 pagi, dan seringkali pulang
hingga jam 10 malam. Jadi, sibuk bukan alasan! I CAN, YOU CAN!
Part 1: Memulai
Bagaimana cara memulai? Mudah! Temukan motivasi yang kuat! Motivasi
saat itu cukup simple, saya ingin bertemu anak istri saya sampai tua! Saya
yakin kalau meneruskan gaya hidup seperti sebelumnya saya akan berumur lebih
pendek, stress tinggi, tidak bahagia dan ribuan hal buruk lainnya
(statistically speaking, saya bukan dukun :p).
Motivasi lain adalah saya ingin Nayara, anak saya, mengingat saya
sebagai seorang pejuang dan semoga ia menjadi seorang pejuang juga nantinya.
Motivasi yang kuat adalah sebagai fondasi "iman" dari
semua aktivitas yang dilakukan manusia sebagai insan yang diberi Allah
kemampuan berpikir tsahhh.. Dengan motivasi, seorang pendiam antisosial bisa
menjadi pembunuh berdarah dingin, begitu juga seorang yang menderita obesitas
berat bisa menurunkan berat badan, menemukan kebahagiaan hidup kembali dan
finish triathlon (tsahhh.. kata-katanya).
Jadi sebelum terlampau jauh, temukan motivasi yang kuat! Kalau
motivasinya cuma "biar keren" atau karena ikut trend, simpan saja deh
budget buat olahraga. Mending belilah gadget mewah, mungkin bisa agak sedikit
terangkat kerennya hahaha..
Part 2: The First Step is
Always the HARDEST
Orang mengatakan bahwa memulai adalah sesuatu yang sangat berat.
Saya tidak akan berbohong, kata-kata itu benar adanya. Saya sudah mulai
bersepeda secara serius sejak 2007 dan semakin serius sampai 2009 berhenti
total karena (alasan) sekolah yang sangat berat dan menyita waktu. Pada tahun
2012 saya memulai lagi, tetapi lagi-lagi harus berhenti karena (alasan) membuat
penelitian dan tugas akhir. Sebenarnya
jauh sebelum itu, saya mempunyai riwayat panjang dalam keseriusan berolahraga.
Masa kecil saya saat kelas
4-5 SD, dihabiskan di club sepatu roda bahkan sempat terpilih menjadi atlet
junior mewakili Jawa Timur. Sayangnya, semua berakhir tragis karena ayah saya
melarang dengan alasan konsentrasi sekolah, hiks..
Sejak 2004-2006 saya serius dalam bidang body building dan berhasil
menurunkan berat 32 kg plus bulking otot 8 kg. Tapi lagi-lagi akhirnya harus
berhenti karena terkena batu ginjal, sempat menjalani operasi, dan kambuh
berulang kali hingga 5x, (total harus dua kali operasi PNL-percutaneous
nephrolithotomy dan sekali
ESWL-Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy, 2 kali bisa keluar dengan obat-obatan karena ukuran kecil). Maklumlah
ya, sekeluarga punya riwayat yang sama, genetik, nasib hahaha.. Walaupun sudah
lama berolahraga, saat pertama memulai berolahraga lagi, semuanya terasa sangat
berat.
Saya masih ingat,
setelah shalat Tarawih saya mencoba bersepeda selama 2 jam (sejam saja yang
terhitung di Strava, karena banyak berhentinya ambil nafas) dengan dr. Dibya
Arfianda (Nanda) yang sama-sama pemulanya. Saat itu jarak yang berhasil
ditempuh lumayan, sekitar 20,4 km. Tapi rasanyaaaaa… paru-paru, mau meledak,
mata sampai kabur dan gelap, paha pun terasa akan meledak. Saya sempat merasa
tidak berbakat. Tapi saya tidak percaya bakat, yang saya percaya adalah motivasi,
konsistensi dan kerja keras.
Dengan berbekal ingatan pernah membeli alat rekam jantung, saya
membongkar seisi lemari. Saya berharap alat rekam ini dapat saya jadikan sarana
untuk mengevaluasi olahraga saya. Alhamdulillah chest strap heart rate monitor
Bluetooth merk Polar itu bisa saya temukan. Berbekal nekat dengan ilmu
seadanya, saya mencoba bersepeda lagi 5 hari kemudian ditemani mas Achmadi,
bersepeda selama 1 jam 17 menit untuk 29,6 km. Rerata detak jantung saya 146
kali per menit, dan maksimal 165 kali per menit. Jantung terasa mau copot, mata
pun berkunang-kunang. Padahal rerata kecepatannya hanya 23 km/jam. Mas Achmadi
hanya senyum-senyum saja, tak tampak kelelahan di wajahnya.
Walaupun sudah merasa hancur fisik, tapi saya masih nekat ikut
latihan lagi keesokan harinya di Laguna karena ajakan mas Achmadi untuk latihan
gabungan dengan YSCC (Young Surgeon Cycling Community) untuk kali pertama. Mau
berangkat saja sudah deg-deg-an. Untung ditemani oleh sahabat saya Nanda yang
sama pemulanya seperti saya. Kenapa deg-deg-an? YSCC ini terkenal brutal speed
dan skill bersepedanya. Saya mengikuti dua loop di Laguna dengan mereka yang
sudah berkecepatan rerata 30km per jam waktu itu. Yang lain sih tak hanya dua
loop tapi berputar terus menerus! Saya tak mau memaksakan diri dan memilih berhenti
karena mata sudah gelap, berkunang-kunang, dan kaki sudah mati rasa. Padahal dua
putaran 9,1 km itu saya lalui hanya dengan kecepatan rerata 25,8 km/jam.
Melihat raut wajah teman-teman YSCC yang melahap speed 30-35 km/jam dengan
senyum, saya benar-benar shock! Ternyata bukan kabar burung kalau mereka ini
memang gila speed dan skillnya. Hari itu adalah titik balik yang membuat saya bertambah
semangat. THEY CAN! I CAN!
Bagi yang ingin melihat latihan lengkap saya bisa dilihat di akun strava
saya di https://www.strava.com/athletes/9838655
Tidak ada komentar:
Posting Komentar