Kesimpulan dari yang saya googling adalah, power meter bisa mengetahui dengan pasti berapa power Anda, jelas lah, namanya juga power meter, tapi di sisi lain, power meter ini bisa mengetahui FTP (Functional Threshold Power) Anda, yaitu berapa besar power maksimal yang Anda dapat keluarkan dalam waktu satu jam. Dari perhitungan, juga bisa diketahui berapa power yang dapat Anda pertahankan dalam satuan waktu tertentu, misalnya 1 menit, 5 menit, 20 menit, hingga 10 jam bahkan dari grafik yang saya peroleh. Dari data ini, Anda dapat mengatur ritme bersepeda Anda. Misalnya Anda akan berjalan sekitar 1 jam perjalanan dan dari perhitungan power meter dari beberapa latihan sebelumnya didapatkan FTP 200, maka Anda harus menahan untuk perjalanan 1 jam tersebut maksimal 200 watt, kalau berjalan cuma 100 watt sayang, banyak tenaga terbuang, padahal Anda bisa jalan lebih cepat dari itu. Kalau jalannya 400 watt, mungkin dalam waktu 15 menit Anda sudah pingsan dan tidak mampu meneruskan perjalanan tersebut.
Grafik ini adalah hasil analisa di Strava saya setelah memakai power meter. Didapatkan Estimated FTP 263 Watt, saya bisa melakukan cycling 800 Watt hanya selama 15 detik, 500 Watt hanya 1 menit, sekitar 300 Watt untuk 10 menit, and so on, hingga mungkin hanya sekitar 80 Watt kalau mau bersepeda 10 jam.
Menggunakan Power Meter menurut saya ibarat mengetahui seberapa banyak uang yang Anda bawa pergi, berapa lama Anda akan pergi, sehingga Anda dapat menghitung secara akurat berapa sih maksimal pengeluaran saya sebelum saya nggak bisa makan, tapi nggak terlalu pelit juga biar bisa senang-senang.
Selain untuk strategi berapa besar power yang bisa Anda keluarkan menurut berapa lama Anda akan mengeluarkan power, adanya Power Meter juga membuat Anda bisa melatih FTP Anda dengan latihan-latihan tertentu, googling aja, banyak kok. Sehingga Anda secara spesifik dapat meningkatkan FTP, membandingkan dengan sebelumnya, dan seterusnya.
Di bawah ini saya coba menguraikan hasil analisa saat saya ikut event Bromo 100 km yang Alhamdulillah bisa finish tanpa dorong maupun ojek wekekeke, walaupun harus nuntun di tanjakan yang gradiennya sadis-sadis. Tahun depan semoga nggak nuntun lagi hehehe..
Gambar di atas menunjukkan watt yang saya keluarkan selama perjalanan Surabaya-Bromo, saya berusaha menjaga watt saya dibawah 200 supaya hemat tenaga dan bisa finish.
Gambar di atas kalau dibandingkan dengan elevasi, grafik power saya relatif tidak naik jauh, karena saya selalu melihat watt yang saya keluarkan di Garmin Edge 810 saya
Gambar
di atas kalau dibandingkan dengan kecepatan dan elevasi, tentu saja kecepatan saya akan turun drastis seiring dengan adanya elevasi, tetapi karena target saya hanya finish (karena saya sadar diri saya cycling pemula, finish saja sudah syukuran hahaha), sehingga selama saya simpan power, saya yakin bisa finish.
Alhamdulillah, Finish Bromo :)
dr. Hari Nugroho, SpOG
Instagram @drharinugroho
Twitter @drharinugroho
Strava: Hari Nugroho - YSCC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar