Ini
adalah event Audax yang pertama kali saya ikuti. Walaupun beberapa kali saya
pernah gowes diatas 100 km, tetapi tetap terasa menegangkan oleh karena ada
batasan waktu gowes, para peserta yang tergolong "bandit"
Hal yang
paling saya khawatirkan dari menjalani Audax adalah suhu panas yang ekstrim
(42-45 derajat Celcius) dan angin. Rute yang ditentukan oleh panitia sama
sekali belum pernah saya lewati, walaupun status saya sebagai peserta lokal.
Ada 2
pilihan untuk rute Audax Solo, normal group (190km dengan 1800m elevasi) dan
fast group (220km dengan 2100 elevasi), saya sadar diri untuk mengikuti group
normal yang tetap terasa tidak normal bagi saya.
Minggu,
25 Oktober 2015 pukul 05.30 kami serempak berangkat dari hotel Aston Solo
menuju Balaikota Surakarta yang berjarak 2 km, untuk mendapat sambutan dan
ceremony pelepasan dari walikota.
Pukul
06.00 kami berangkat dari balaikota, dengan pengawalan mobil polisi. Kami bisa
melakukan pemanasan kaki dengan santai, tanjakan panjang dengan gradien 1-2
tidak terlalu terasa oleh karena hambatan angin yang terbuka saat berada di
dalam peloton, sekitar 25 km dari start ada persimpangan jalan yang memisahkan
antara kedua group, walaupun ada kebebasan untuk memilih group mana yang
diinginkan, saya tanpa ragu-ragu memilih normal group. setelah persimpangan
jalan, tanjakan mulai berat dengan gradien sekitar 5-7%, saya mencoba menahan
nafsu untuk menghabiskan tenaga untuk mengatasi tanjakan-tanjakan itu, karena
pada technical meeting malam sebelumnya sudah dijelaskan tipe tanjakan turunan
seperti roller coaster. akhirnya pada kilometer sekitar 50an kami berhenti
untuk pitstop pertama.
Setelah
pitstop pertama tanjakan-turunan tipe roller coaster lebih terasa berat dengan
gradien 8-10% dan suhu yang semakin panas. Kilometer menunjukkan angka 100km
dan saya belum menemukan pitstop kedua, padahal menurut jadwal dari panitia
seharusnya berada di kilometer ke 80an. Akhirnya di tengah keputus-asaan saya,
saya menemukan pitstop kedua. Sayangnya, air mineral yang saya cari di pit stop
kedua ini sudah habis, dan hanya ada soft drink yang tidak cocok untuk olahraga
jangka panjang. saya memutuskan untuk langsung melanjutkan kembali
perjalanan.Di kilometer ke 115, saya terselamatkan oleh minimarket dengan air
mineral dinginnya.
Otot
mulai terasa letih karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 dan
persediaan air di bidon sudah menipis, sepanjang jalan pun sudah tidak ada
minimarket. Saya sangat beruntung menemukan teman saya IXS dengan support car
nya sehingga saya bisa reload bidon.
Akhirnya
di kilometer ke 120 saya
menemukan pitstop ketiga dan disitu telah disediakan makan siang. Meskipun
sangat lapar, saya tidak berani makan banyak karena khawatir akan menurunkan
momentum gowes. Di tempat itu pula kami bertemu dengan fast group, para
bandit-bandit yang datang dengan wajah ceria. sangat berbeda dengan kami yang
datang dengan wajah putus asa.
Group
kami kemudian start 20 menit lebih dahulu dari fast group. Tipikal trek masih
naik-turun hingga saya bosan dengan tanjakan, karena saya menjaga power dan
ritme agar tidak kram.
pitstop
ke-empat berlokasi di kilometer 140an di kawasan wisata waduk gajah mungkur.
Kami para cyclist dari normal group sangat bahagia mendengar peraturan dari
panitia untuk tetap dalam satu peloton dengan kecepatan damai dan tidak ada
yang boleh menyalipnya. sisa 30km kami jalani dengan cukup santai hingga
selamat sampai tempat finish di hotel aston.
Long distance cycling event sangat
menarik untuk diikuti, banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa didapatkan,
menguji rasa setia kawan dengan teman-teman di komunitas kita dan bahkan dengan
cyclist lain yang kita belum mengenalnya sama sekali, explore keindahan alam di
Indonesia. Saya menjadi ketagihan untuk mengikuti event long distance cycling
yang lain. Selamat mencoba dan salam gowes.
Zuhad Irfan
Tentang
Penulis:
Zuhad
Irfan, adalah seorang ahli bedah orthopaedi dan traumatologi yang saat ini
berdomisili di Solo. Menekuni sepeda sudah sejak lama, namun baru 2 tahun
terakhir ini mulai meminang Road Bike sebagai salah satu pasangan hidup di
jalan.
Prestasinya
dalam bidang ilmu bedah sudah tidak perlu disebutkan lagi disini, tetapi pria
ramah yang juga sangat cinta keluarga ini ternyata memiliki kebiasaan bersepeda
yang tidak bisa dipandang enteng. Setiap pagi menyempatkan diri untuk gowes,
baik menggunakan MTB ataupun Road bike kesayangannya, ke rute-rute indah di
daerah Solo dan sekitarnya.
Anda
ingin berkonsultasi sekaligus “mengadu keahlian bersepeda” dan berdiskusi bila
anda sedang di kota Solo?
Silakan
kontak Garuda Satu (begitu ia dipanggil) di Blog ini.
Ditunggu pengalaman gowes yg lebih seru bro Zuhad
BalasHapusDitunggu pengalaman gowes yg lebih seru bro Zuhad
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMantaaap
BalasHapusseru mas
BalasHapus